Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML Atas

Ekonomi Berbagi (Sharing Economy), Jawaban Masalah Manusia Modern


Secara alamiah manusia merupakan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam hal ekonomi pun demikian adanya. Hal ini pula yang mendasari secara tradisional manusia cenderung bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. pada masa lalu manusia hidup secara berkelompok dan bekerja sama demi kelangsungan hidup mereka.
  
Manusia cenderung berbagi dan saling membantu menuju kesejahteraan. Mulai dari pemanfaatan sumber daya bersama sampai pada pemenuhan kebutuhan ekonomi yang lebih pribadi. Bukti-bukti peninggalan kebudayaan masa lalu masih bisa kita temukan sampai saat ini. Subak di Bali dan banyak sekali contoh-contoh lain yang ada di seluruh Nusantara. Contoh sharing economy di Indonesia bisa kita temukan dengan mudah. Bahkan gotong-royong sudah menjadi identitas bangsa kita.

Tetapi ketika kita semakin sejahtera kita cenderung berubah menjadi bersifat individualis. Cara kita mengelola lahan pertanian sampai pada kepemilikan fasilitas pribadi telah mencerminkan perubahan itu. Kita tidak lagi bekerja sama dalam memenuhi kebutuhan kita. Berubah lebih ekonomis dengan paradigma rasional yang menentukan segala keputusan pemenuhan kebutuhan kita. Kita menjadi semakin individualis dan lebih acuh pada sesama.

Namun, pada abad kedua puluh satu, ponsel cerdas dan perangkat lain memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang di sekitar kita dengan cara yang sebelumnya tidak terbayangkan, menciptakan sharing ekonomi yang sama sekali baru. Ekonomi berbagi memberi kita akses ke aset orang lain yang tidak terpakai, belum terpakai atau menganggur. Dari berbagi motor, mobil, dan villa hingga musik. Banyak pelaku ekonomi berpikir bahwa lebih baik menyewa daripada memiliki sendiri suatu barang. 

Beberapa platform digital yang memungkinkan kita untuk berbagi telah menjadi pemain besar dalam ekonomi dunia baru. Di tanah air, kita sangat mengenal Gojek atau Grab yang merupakan perusahaan transportasi tanpa memiliki satu pun mobil atau motor. Mereka hanya menghubungkan orang yang tidak memiliki kendaraan untuk mendapatkan tumpangan dari orang lain, tanpa memiliki mobil atau motor sendiri. Model "berbagi aset" ini sekarang digunakan oleh perusahaan-perusahaan di seluruh dunia, memberi kita akses ke segala sesuatu, mulai dari pakaian, mobil hingga pesawat terbang dan peralatan pertanian.

Seringkali, ekonomi berbagi sebenarnya bukan tentang berbagi, melainkan tentang membayar akses ke barang dan layanan orang lain melalui platform online. Misalnya, ketika seorang pengemudi Grab menyewa mobil dengan satu-satunya tujuan menyediakan sarana sesuai permintaan, bisakah itu disebut berbagi? Baik peer-to-peer atau bussiness-to-bussiness, sebagian besar transaksi dalam ekonomi berbagi melibatkan pelanggan membayar biaya transaksi ke perusahaan yang memfasilitasi pertukaran apa pun dari kendaraan ke ruang kerja.

Ketika ekonomi berbagi berkembang, modelnya berubah, dengan semakin sedikit kegiatan yang melibatkan pertukaran barang dengan biaya tertentu. Di Barcelona, ​​misalnya, pemerintah setempat menjalankan "bank waktu" yang memungkinkan orang memberikan layanan secara gratis, seperti merawat anak yang sakit atau membaca buku untuk orang-orang di panti jompo. Mereka dibayar dengan tabungan bank waktu juga, yang memungkinkan mereka suatu saat mendapat bantuan untuk menyirami tanaman atau menjaga peliharaan.

Ekonomi berbagi (sharing economy) modern terdiri dari tiga elemen, yaitu: 
  • penggunaan teknologi digital untuk menghubungkan "pembeli" dan "penjual"; 
  • akses ke kapasitas yang tidak digunakan atau menganggur, misalnya kendaraan atau rumah; dan 
  • verifikasi kepercayaan, yang memungkinkan semua orang bisa memberi peringkat dan ulasan untuk memastikan bahwa kita mendapatkan apa yang kita inginkan dengan cara yang efisien dan dapat diverifikasi. 
Elemen penting pada sebagian besar transaksi sharing economy adalah berada saling berdekatan, sehingga bisa saling berbagi dengan mudah. itulah sebabnya mengapa hampir semua kegiatan ini berbasis di perkotaan. Kecuali berbagi atau menyewa konten digital, seperti layanan streaming seperti Spotify, yang dapat diakses dari mana saja.

Contoh lain dari kegiatan berbagi-ekonomi non-urban dapat ditemukan di desa-desa di banyak negara berkembang di mana sebagian besar petani tidak memiliki akses ke peralatan mekanis apa pun. Di India, di mana hanya kurang dari 15 persen dari 120 juta petani di negara itu yang memiliki traktor atau peralatan panen. platform berbagi seperti layanan Trringo yang disediakan oleh produsen peralatan pertanian Mahindra memungkinkan petani untuk menyewakan berbagai peralatannya ke petani lain, dari mesin perontok sampai pompa. Hasil dari kegiatan ekonomi bersama ini telah menjadi peningkatan yang nyata dalam produktivitas, yang mengarah pada peningkatan pasokan makanan bagi populasi pada umumnya.

Bukan hanya generasi millenial yang berpaling dari model generasi sebelumnya, yang menganggap penting / harus untuk memiliki banyak aset sendiri. Seluruh individu dan perusahaan di seluruh dunia lebih memilih cara yang paling efisien dengan memanfaatkan keuntungan dari sharing economy. mereka cenderung lebih memilih menyewa dari pada membangun gedung atau rumah sendiri.  tentunya bila itu dianggap ekonomis.

Ekonomi berbagi mencakup tiga jenis interaksi utama: 
  • peer-to-peer atau orang-ke-orang (P2P), seperti Easy Rent, yang menghubungkan orang yang ingin berbagi apartemen; 
  • aktivitas business-to-business (B2B), di mana perusahaan berbagi alat-alat besar seperti crane atau bahkan bangunan; dan,
  • aktivitas paling simbolis dalam ekonomi berbagi: P2B2P. Dalam transaksi peer-to-business-to-peer, perusahaan seperti Uber, Gojek, atau Grab bertindak sebagai perantar yang menyatukan dua pelaku ekonomi.
Dalam model lain, bisnis tidak selalu mencari keuntungan, tetapi menciptakan ekonomi kolaboratif yang luas yang memungkinkan orang atau bisnis untuk membuka nilai aset yang tidak digunakan atau kurang dimanfaatkan dengan cara yang memotong model bisnis tradisional. ParkFlyRent, misalnya, menggunakan platform komunitas untuk menghubungkan anggota yang memarkir mobil mereka di bandara Eropa dengan anggota lain yang tiba di bandara itu dan membutuhkan penggunaan kendaraan lokal jangka pendek.

Aktivitas ekonomi kolaboratif lainnya adalah  redistribusi barang yang tidak digunakan, tidak diinginkan, atau tidak dibutuhkan. Alih-alih membuang barang-barang ini atau mengirimnya ke pusat daur ulang, mereka dapat diberikan secara gratis menggunakan situs-situs seperti Zwaggle atau Kashless. Alternatif lain adalah menukar mereka dengan sesuatu yang Anda inginkan, menggunakan situs seperti Swap.com. 

Ada juga kemungkinan mendapatkan uang tunai untuk mereka menggunakan platform seperti eBay, walaupun secara teknis bukan tentang berbagi tetapi tentang membeli dan menjual barang dan jasa. Tetapi keuntungan ekologis dari menggunakan kembali barang yang tidak diinginkan daripada membuangnya sering kali lebih besar daripada imbalan finansial.

Posting Komentar untuk "Ekonomi Berbagi (Sharing Economy), Jawaban Masalah Manusia Modern"